Kamis, 02 Mei 2019

BAB V
PROSES KERJA PEMBUATAN PROTOTYPE

Pembuatan prototype disebut dengan prototyping. Tujuan dari prototyping adalah sebagai penguji daya tahan bentuk usaha yang ingin kita buat. Inovasi bertahap adalah keadaan di mana suatu badan usaha tidak bisa dibuat dalam bentuk prototype. Inovasi bertahap biasanya menyesuaikan keadaan di dunia nyata. Dengan adanya kegiatan prototyping, para wirausahawan, khususnya enterpreneur akan mengetahui keunggulan dan kelemahan badan usaha yang dibangunnya. 

1. Kegiatan Prototyping sebagai Artefak dalam Pembuatan Desain  
Prototype dapat dianggap sebagai bentuk artefak, baik dalam tingkatan berdiri sendiri atau menjadi bagian dalam sebuah desain. Bila dilihat sebagai artefak, prototype mengandung karakteristik sebagai berikut: mendukung kreativitas, membantu pengembang untuk menangkap dan menghasilkan ide, memfasilitasi pengembang dan memberikan informasi yang relevan tentang pengguna prototype. 

Prototype dapat mendorong terjadinya komunikasi dan membantu para wirausahawan dengan konsumen dalam berinteraksi untuk menyempurnakan badan usaha yang dibangun. Kita bisa menganalisa kegiatan prototyping berdasarkan 4 dimensi, yakni:  
A. Dimensi Representusi Dimensi representasi berarti menggambarkan bentuk prototype, misalnya kumpulan kertas, sketsa atau simulasi komputer. Prototyping lebih cenderung kepada pembuatan iklan, produk, dan pertimbangan tempat yang akan digunakan serta perhitungan aspek finansial. 
B. Dimensi Presisi Dimensi presisi menggambarkan tingkat ketelitian prototype yang akan dievaluasi. Dalam dimensi tersebut, prototype dibagi menjadi 3 yakni infonnal, kasar, atau halus 
C. Dimensi Interuktf Dimensi interaktif menggambarkan sejauh mana hubungan antara konsumen dengan prototype yang dibuat oleh seorang wirausaha. d. Dimensi Evolusi Dimensi evolusi menggambarkan prediksi siklus hidup dari suatu prototype, misalnya. prototype tersebut bersifat sekali pakai atau permanen.




2. Tahapan Tahapan dalam Prototyping
Tahap-tahap dalam prototyping boleh dikata merupakan tahap-tahap yang dipercepat. Strategi utama dalam prototyping adalah pekerjaan yang mudah terlebih dahulu dan sampaikan hasilnya kepada pengguna sesegera mungkin.
Harris (2003) membagi prototyping dalam enam tahapan. Tahapan-tahapan tersebut antara lain:
a. Mengidentiiikasi model prototype.
Dalam bagian ini, pihak wirausahawan atau enterpreneur menjadi mengerti apa saja yang ada di dalam badan usaha yang mereka buat.
b. Rancang bangun prototype
Dengan bantuan software seperti word processor, spreadsheet, database,pengolah grafik, dan software CASE (Computer-Aided System Engineering).
c. Uji prototype untuk memastikan prototype dapat dengan mudah dijalankan untuk tujuan demonstrasi.
d. Siapkan prototype USD (User ’s System Diagram) untuk mengidentifikasi bagianbagian dari perangkat lunak yang diprototypekan.
e. Evaluasi dengan pengguna untuk mengevaluasi prototype dan melakukan perubahan jika diperlukan.
f. Transformasikan prototype menjadi perangkat lunak yang beroperasi penuh dengan melakukan penghilangan kode-kode yang tidak dibutuhkan, penambahan programprogram yang memang dibutuhkan dan perbaikan dan pengujian perangkat lunak secara berulang. 

3. Faktor-Faktor Penentu dalam Proses Strategi Pembuatan Prototype   

Berikut adalah faktor-faktor yang ada di dalam strategi prototyping.
a. Prototyping bisa berupa sebuah subsistem atau serangkaian dari beberapa  subsistem, atau keseluruhan system  Ketika kita akan membuat sebuah sistem yang besar, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan adalah memecahnya menjadi subsistem-subsistem yang lebili kecil yang masing-masing subsistem dapat dianalisa berdasarkan strategi yang paling optimal.
b. Melakukan prototyping atas bermacam-macam konsep dengan melakukan prototyping atas satu konsep  Ketika hanya ada satu atau dua konsep saja yang kemungkinan besar akan dipilih untuk dikembangkan, maka perkembangan prototype dalam jumlah banyak pada masa awal akan memberikan umpan balik penting bagi perancang.
c. Prototype iterative vs prototype per konsep Faktor ini berkaitan dengan pertanyaan "apakah masuk akal untuk membuat prototype yang dapat digunakan di dalam semua permasalahan atau hanya berfokus pada kebutuhan desain dalam aspek tertentu sebelum menambah kebutuhan desain di aspek lain?
d. Prototype bisa merupakan kerja virtual (Analisa CAD, FEA, CFD, dan lain-lain) atau fisik Analisa kompleks biasanya akan lebih mudah dilakukan oleh komputer dibanding dengan kemampuan manusia. Sehingga, pengembangan model CAD akan membuat balk perkembangan prototype ataupun produk akhir menuai keuntungan produksi. Namun, ada pula umpan balik yang bisa didapatkan oleh perancang, hanya jika para perancang membuat prototype fisik.
e. Pembuatan prototype bisa dilakukan oleh pihak luar, bisa juga dengan menggunakan metode rapid prototyping atau dilakukan oleh perusahaan itu sendiri Melakukan outsourcing (menyerahkan urusan kepada pihak luar) dapat membengkakkan biaya dan waktu. Namun, pembuatan prototype secara outsourcing dapat membuat tim perancang terfokus pada aspek lain. Selain itu, tim perancang juga dapat mencari bahan bahan yang tidak dapat ditemukan di dalam perusahaan. Dengan menggunakan metode rapid prototyping, perancang dapat mempercepat produksi prototype yang akan dievaluasi. Yang terakhir, pembuatan prototype bisa dilakukan di dalam perusahaan. Cara ini dianggap sebagai cara yang paling murah namun berpotensi membuang buang waktu.
f. Fisik pada suatu prototype dapat dibuat ukuran skala Jika kita berurusan dengan produk yang berukuran besar, seperti kapal dan pesawat terbang, maka kita tidak akan mungkin membuat prototype yang sama ukurannya dengan produk akhirnya (kecuali untuk keperluan uji akhir). maka dari itu, kita bisa membuat skala fisiknya untuk mengetes aspek-aspek tertentu dalam desain produk tersebut. 
g. Hasil akhir suatu bentuk usaha dapat dibuat skala lewat prototype Mungkin merupakan suatu hal yang bagus apabila perancang dapat merancang prototype yang mampu mencakup beberapa persyaratan desain dalam satu waktu. Hal ini bertujuan agar perancang dapat membuat evaluasi atas fitur yang diharapkan.

4. Pendekatan-Pendekatan dalam Prototype 

Pendekatan dan alur kerja dalam pembuatan prototype.Strategi prototyping adalah kegiatan-kegiatan yang menjadi acuan dalam membuat prototype. Terdapat banyak pilihan dalam strategi prototyping. Berikut adalah pendekatan-pendekatan yang bisa dipilih dalam pembuatan prototype.
a. Pendekatun-Pendekatun dalam Strutegi Prototyping Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang berbagai pendekatan dalam strategi prototyping. Berikut adalah penjelasan masing-rnasing pendekatan tersebut.
1. Pendekatan Bisnis      Pembuatan prototype dengan pendekatan aspek bisnis mengutamakan pada pentingnya sebuah inovasi, proses perancangan kreatif, dan kesuksesan suatu produk. Jadi, prototype harus marnpu membantu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Lalu, strategi apa yang harus digunakan agar prototyping dan pengembangannya rnenjadi efektif dalam kaitannya dengan pendekatan bisnis? Berikut penjelasannya.
a. Informasi pada uji coba prototype harus dapat memberikan informasi yang maksimal tentang kelebihan dan kekurangan suatu produk.
b. Prototype sebisa mungkin dapat menjadi representasi dari penggunaan produk akhir.
c. Penerapan strategi prototyping harus sederhana.
d. Pembuatan prototype harus dilakukan lebih dahulu daripada proses produksi. .
e. Produsen tidak boleh menamnbah peralatan baru ketika sedang  melakukan prototyping.

b. Faktor-Faktor dalum Alur Kerja Prototyping
Berikut adalah faktor-faktor yang ada di dalam alur kerja kegiatan prototyping
a. Prototyping dapat dilakukan pada bagian-bagian dari suatu produk, bisa juga dilakukan pada seluruh produk
Ketika kita akan rnembuat sebuah produk yang runnt, mungkin hal terbaik yang bisa dilakukan oleh produsen adalah memecahnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Nantinya, bagian-bagian tersebut bisa dianalisa sesuai dengan strategi prototyping.
b. Jumlah prototype yang digunakan
Faktor ini berkaitan dengan pertanyaan "apakah masuk akal untuk ‘membuat prototype yang dapat diaplikasikan pada produk yang berbeda-beda atau membuat prototuype yang berbeda-beda, sesuai dengan jenis produk yang akan dibuat?” 
c. Protoype bisa berbentuk virtual (Analisa CAD, PEA, CFD, dan lain-lain) atau fisik
Analisa prototype pada suatu produk yang rumit biasanya akan lebih mudah dilakukan oleh komputer. Sehingga, pengembangan model CAD akan membantu produsen dalam menganalisa prototype. Namun, ada pula infonnasi yang hanya bisa didapatkan ketika produsen membuat prototype fisik.
d. Pembuatan prototype bisa dilakukan dengan bantuan pihak di luar perusahaan, bisa juga dengan nienggunakan metode rapid prototyping atau dilakukan oleh pekerjaan perusahaan tersebut. Melakukan outsourcing (menyerahkan urusan kepada pihak luar) dapat membengkakkan biaya dan waktu. Namun, pembuatan prototype secara outsourcing dapat membuat staff perancang produk dapat berfokus pada masalah lain. Dengan menggunakan metode rapid prototyping, perancang dapat mernpercepat produksi prototype yang akan dievaluasi.

B. APLIKASI TEKNIK RAPID PROTOTYPING DALAM PEMBUATAN PROTOTYPE PRODUK PERANGKAT KERAS  
CAD adalah alat yang sangat penting untuk pembuatan desain prototype produk perangkat keras. Tujuan dari rapid prototyping adalah untuk pengembangan prototype dengan tempo yang relatif cepat. Dengan memperpendek siklus pembuatan prototype evaluasi prototype. Desainer akan lebih mampu mencari altematif lain dan membuat iterasi desain sebanyak yang mereka mau. Dengan demikian, mereka akan lebih berpeluang menemukan solusi atas pennasalahan yang ada pada prototype mereka. Istilah rapid (cepat) adalah istilah yang tergantung pada konteks dan tingkat kesulitan suatu proyek. Prototype awal, seperti sketsa produk, hanya memakan waktu beberapa menit.
Dalam fase berikutnya, prototype yang diproduksi dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu masih bisa disebut sebagai prototype "cepat". Namun, prototype terakhir akan memakan waktu paling lama, berbulan-bulan atau bahkan sampai bertahun-tahun. Semua itu karena prototype harus memenuhi unsur presisi, interaktif dan evolusi

1. Rapid Prototyping Luar Jaringan 
Rapid prototyping luar jaringan adalah proses pembuatan prototype yang tidak memerlukan perangkat lunak. Rapid prototyping luar jaringan adalah alat untuk evaluasi segala permasalahan yang berkaitan dengan desain. Maka, jika terdapat kesalahan atau tak dipakai lagi, prototype tersebut akan dimusnahkan.
 a. Rapid Prototyping Luur Jaringan Menggunukun Kertas dan Pensil    Rapid prototyping dapat dilakukan paling cepat menggunakan kertas dan kertas catatan kecil sebagai representasi dari sistem interaktif Dengan berperan sebagai sistem dan pengguna, desainer dapat mengimplementasikan alternatif gambaran dan interaksi dengan lebih cepat. Selain itu, desainer dapat membuat "efek special" dengan biaya yang relative rendah. Misalnya, desainer bisa membuat pointer dari kertas dan digerakkan sesuai dengan arahan desainer. Dengan adanya on prototype ini, para desainer dapat memperkirakan sistem antar-muka yang ada pada produk tersebut.
b. Membuat Mock Up    Mock up adalah bentuk realistis dari karya digital. Banyak desainer menggunakan mock up untuk membuat ilustrasi desain hardware mereka. Mock up biasanya dibuat dari kertas karton. Mock up adalah prototype fisik tingkat pertarna. Dengan adanya mock up, desainer bisa mengetahui bagaimana interaksi antara produk dengan pengguna akan berlangsung. Dengan adanya mock up, desainer bisa menfokuskan desainnya pada aspek fisik, seperti posisi tombol, dan lain-lain. Desainer juga dapat membuat beberapa mock up untuk perbandingan antara input dengan output, dan juga sebagai alternatif untuk skenario yang berbeda-beda.

2. Rapid Prototyping dalam Jaringan   
Tujuan dari teknik rapid prototyping dalam jaringan adalah untuk menghasilkan prototype dengan presisi tinggi daripada rapid prototyping luar jaringan. Dengan adanya rapid prototyping dalarn jaringan, desainer bisa mengkomunikasikan idenya lebih mudah kepada klien, manajer, pengembang dan pengguna. Selain itu, teknik tersebut juga berguna bagi para desainer untuk membuat detail gambar suatu produk.
a. Simulusi Non-Interaktif Simulasi non-interaktif adalah animasi komputer yang menggambarkan apa yang dilihat oleh seseorang jika orang itu adalah pihak ketiga (orang yang tidak mengoperasikan suatu produk tapi juga melihatnya secara langsung). Simulasi noninteraktif dilakukan apabila rapid prototyping menggunakan video tidak mampu rnenangkap detail kelemahan suatu produk.

 b. Simulasi Interakty  Dalam simulasi interaktif, desainer dapat membuat alat seperti adobe photoshop untuk mernbuat Wizard of Oz.

C. PROTOTYPING DENGAN TEKNIK ELEKTRONIK DAN ELEKTROMEKANIK DALAM PRODUK PERANGKAT KERAS 
Berikut adalah salah satu cara prototyping dalam perangkat keras dengan menggunakan teknik elektronik dan elektromekanik. Ini diambil dari studi yang dilakukan oleh Prof A. Ahluwalia dari Corso LM ‘Materiali Intelligenti e Biomimetici’

1. Langkah Setelah Breadbaard-Papan Matrix 
Pertama-tama, gunakan breadboard untuk penyusunan prototype dengan cepat. Papan Matrix digunakan agar prototype dapat disalin untuk membuat PCB. Gambar di atas adalah gambar papan prototype PCB dengan papanmatrix. Solderlah komponen-komponen PCB dan potong beberapa kabel untuk selanjutnya dihubungkan dengan komponen-komponen tersebut. Maka, jadilah sirkuit.

2. Prototype PCB   
PCB adalah bagian yang menjadi pusat komponen komponen lain. Sirkuit PCB dibuat dcngan cara mcnghubungkan material-material yang ada papan PCB atau "dicetak" pada papan bernama substrat.

3. ECAD   
 ECAD atau Electronic Computer Aided Design adalah pcrangkat lunak untuk mendesain sistem elektronik seperti PCB dan IC. Alat ini bekerja bersamaan dengan alur desain, yakni penciptaan desain chip yang digunakan untuk mcnganalisa dan mendesain chip semikonduktor. Sebelum ada EDA, IC disusun secara manual.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar